“Apa yang kau lakukan jika tidak ada lagi satu pun alasan untukmu hidup?”
Aku tak bisa lagi menahan tangisanku saat aku menulis kata terakhirku
itu, entah apa yang aku pikirkan hari ini, ditempat ini, diwaktu yang
seperti ini, yang aku tahu sekarang adalah bahwa apa yang benar-benar
pernah membuatku hidup itulah yang mengharuskan aku untuk mengakhirinya
pula... andai aku mengerti sejak lama, mungkin takkan pernah kubuang
waktuku yang tersisa untuk sekedar mengenalmu atau setidaknya tidak
membiarkanmu membuatku hidup lebih lama… tapi kini yang bisa kulakukan
hanya tertunduk, dalam diam, dalam gelap, yang sebentar lagi akan menuju
ke kegelapan yang bahkan lebih abadi… aku tidak layak, bahkan tidak
pernah layak untuk mendapatkan kesempatan keduaku…
Aku mengambil sebuah pisau kecil dari balik laci kamarku, meletakannya
diatas sebuah kertas dua halaman yang aku juluki “pesan terakhir” aku
menahan nafas sejenak, lalu menghembuskannya panjang, bersiap untuk
melakukan hal yang memang telah aku rencanakan sebelumnya, mengumpulkan
sisa-sisa keberanianku, lalu dengan tegas dan yakin aku mengambil pisau
kecil itu dari atas meja, perlahan meletakannya diatas nadi kiriku aku
mulai mengayunkannya lembut keatas tanganku itu, perih… sakit… tapi ini
lebih baik dari semua sakit hatiku, perlahan muncul cairan merah pekat
dari tanganku, aku mengangkat pisau itu sejenak, terlihat goresan kecil,
tapi tidak dalam, dan ini belum cukup membunuhku… aku mencobanya sekali
lagi, dan untuk kali ini aku menggoresnya lebih dalam, cairan merah itu
bertambah banyak, bahkan membasahi semua tanganku kini, tapi anehnya
aku tak lagi merasakan semua sakit, dan aku menggoresnya lebih dalam…
“…”
Tanpa terasa pisau itu terjatuh, suaranya nyaring terdengar dalam kamar
yang sunyi ini, tanganku penuh darah, aku kehilangan tenaga, kehilangan
arah, dan sebentar lagi akan kehilangan hidup, tapi setidaknya ini lebih
baik daripada aku harus hidup tapi selalu saja ingin mati… pandanganku
kabur, semuanya terlihat sangat buruk kini, aku mulai menutup mataku,
dan perlahan terlihat bayangan-bayangannya lagi, terlihat semua tentang
dirinya… kakiku mulai goyah, aku tertunduk, dan kini terjatuh… aku
bersandar pada ranjang kamarku yang kini terlihat lebih gelap dari
sebelumnya… bersabarlah sayang, tak lama lagi aku akan ada bersamamu,
bersamamu untuk yang kedua kalinya, bersamamu dikehidupan yang lain…
*Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar